RS Kanker Dharmais menjadi salah satu rumah sakit vertikal Kementerian Kesehatan yang ditetapkan sebagai pionir program pendidikan dokter spesialis berbasis rumah sakit (PPDS hospital based) di Indonesia. Penetapan ini ditandai dengan penyerahan Sertifikat Akreditasi kepada enam Rumah Sakit Pendidikan sebagai Penyelenggara Utama (RSPPU) oleh Accreditation Council for Graduate Medical Education International (ACGME-I), dalam acara The 2nd International Conference on Advancing Postgraduate Medical Education (PGME) 2025 yang digelar pada Rabu (27/8/2025) di Jakarta.

Enam RSPPU tersebut adalah RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, RS Anak dan Bunda Harapan Kita, RS Pusat Otak Nasional (RS PON), RS Mata Cicendo, RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso, dan RS Kanker Dharmais.

Dilansir dari kemkes.go.id, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan bahwa Indonesia akan mempercepat reformasi pendidikan dokter spesialis melalui kerja sama dengan berbagai institusi internasional. Tahun ini jumlah rumah sakit pendidikan meningkat dari 6 menjadi 26 sentra rumah sakit pendidikan, dan dalam beberapa tahun ke depan ditargetkan bisa mencapai 300–500 rumah sakit pendidikan. Untuk mendukung reformasi tersebut, Kementerian Kesehatan menggandeng ACGME-I.

“Di Amerika ada yang namanya ACGME-I, mereka yang mengurus 900 rumah sakit pendidikan. Kita undang mereka bekerja sama agar pendidikan dokter spesialis di Indonesia bisa setara dengan standar internasional,” terang Budi.

Selain menambah jumlah sentra pendidikan, kerja sama ini juga difokuskan pada peningkatan kualitas. Di samping itu, pemerintah juga menargetkan produksi dokter spesialis di Indonesia meningkat signifikan, dari sekitar 2.700 per tahun menjadi 10.000 hingga 20.000 per tahun.

“Kita harus belajar dari praktik terbaik dunia agar masyarakat di seluruh 7.000 pulau Indonesia bisa mendapatkan layanan kesehatan yang cepat, merata, dan berkualitas,” tutur Budi.

Plt. Direktur Utama RS Kanker Dharmais, dr. R. Soeko Werdi Nindito D., MARS, menyampaikan bahwa RS Kanker Dharmais telah menerima sertifikat akreditasi ACGME-I untuk pelaksanaan program pendidikan dokter spesialis (PPDS) berbasis rumah sakit pertama di Indonesia. Dengan begitu, RS Kanker Dharmais menjadi Rumah Sakit Pendidikan Penyelenggara Utama (RSPPU) yang diakui secara internasional.

“Baru kemarin dicanangkan kita menerima sertifikat akreditasi ACGME-I dari Amerika, yaitu akreditasi untuk pelaksanaan hospital-based. Nah ini, baru pertama di Indonesia ada 6 rumah sakit, salah satunya RSK Dharmais yang menerima akreditasi ini. 6 rumah sakit ini menjadi pionir dalam pendidikan dokter spesialis berbasis rumah sakit,” ujar dr. Soeko kepada Tim Buletin Dharmais.

Selama ini, pendidikan dokter spesialis umumnya dilakukan di universitas sehingga jumlah lulusan dokter spesialis terbatas. Padahal kebutuhannya sangat besar, sekitar 70 ribu dokter spesialis yang diperkirakan butuh 30 tahun untuk memenuhinya. Apalagi, di sisi lain, ada dokter yang pensiun setiap tahunnya. Karena itu, rumah sakit juga diberdayakan agar mampu melahirkan dokter spesialis melalui program berbasis rumah sakit.

Menurut dr. Soeko, program ini sudah mulai berjalan di RS Kanker Dharmais dan sedang memasuki angkatan kedua, artinya sudah menerima mahasiswa untuk periode kedua. Hal ini menunjukkan bahwa RS Kanker Dharmais bukan hanya berfungsi sebagai rumah sakit kanker semata, melainkan juga sebagai Pusat Kanker Nasional yang memiliki tanggung jawab menjalankan program kanker ke daerah, sekaligus pionir PPDS hospital based atau program pendidikan dokter spesialis berbasis rumah sakit yang pertama di Indonesia.

“Terkait akreditasi, survei sebelumnya memang sudah pernah dilakukan, namun setiap akreditasi tentu memiliki fokus pendalaman yang berbeda-beda,” tambahnya.

Pada acara tersebut, Presiden and Chief Executive Officer Accreditation Council for Graduate Medical Education International (ACGME-I), James Arrighi, menegaskan bahwa proses akreditasi pendidikan dokter spesialis yang dijalankan organisasinya tidak berorientasi pada keuntungan finansial. Ia menekankan bahwa ACGME adalah lembaga independen, bukan milik pemerintah, dan seluruh kegiatannya dilaksanakan secara sukarela.

“Melihat kerja kami di luar Amerika Serikat, kami berperan sebagai pelaksana akreditasi secara global. Kami bekerja secara sukarela, kami diundang, baik oleh rumah sakit maupun negara. Kami tidak bekerja untuk profit, kami tidak berada di bawah pemerintah, dan kami berdiri sendiri dari segi akreditasi,” kata Arrighi.

Lebih lanjut, Arrighi menjelaskan bahwa kerangka kerja yang digunakan ACGME-I diadaptasi agar sesuai dengan kebutuhan global, meskipun berakar dari pengalaman panjang di Amerika Serikat. Ia juga menekankan pentingnya membangun kolaborasi jangka panjang antara ACGME-I dan Indonesia.

“Setiap pertemuan dengan Indonesia menjadi kesempatan untuk saling belajar. Komitmen kami adalah mendampingi Indonesia memperkuat sistem pendidikan kedokteran, tanpa menjadikan akreditasi sebagai komoditas bisnis. Pekerjaan kami mungkin kecil, tetapi kami berharap dapat memberikan kontribusi penting bagi masa depan pendidikan kedokteran di Indonesia,” tutupnya.

 

Share:

Tags: RS Kanker Dharmais Raih Akreditasi ACGME-I

Leave a Comment