RS Kanker Dharmais sebagai Pusat Kanker Nasional bekerja sama dengan Becton Dickinson (BD) mengadakan acara Talk Show dan Skrining Kanker Serviks untuk masyarakat dalam rangka memperingati Hari Kartini. Acara berlangsung di RPTRA Jatipulo, Jakarta Barat, pada Selasa, 22 April 2025.

Acara ini bertujuan untuk mengenalkan cara baru dalam pemeriksaan kanker serviks, yaitu dengan pengambilan sampel HPV-DNA secara mandiri. Selain itu, peserta yang mengikuti acara juga dapat langsung menjalani pemeriksaan Human Papillomavirus (HPV) tentunya dengan dipandu oleh petugas. Langkah ini merupakan bagian penting dalam pencegahan dan deteksi dini kanker serviks.

Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Barat, dr. Erizon Safari, M.K.K, saat membuka acara menyampaikan bahwa berdasarkan data Kementerian Kesehatan, kanker kini menjadi penyakit peringkat ke-4 dengan jumlah kasus yang terus meningkat dan angka kematian yang cukup tinggi. Bahkan, biaya penanganannya melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sangat besar. Karena itu, kanker menjadi salah satu prioritas pemerintah untuk segera ditekan angka kasusnya melalui upaya pencegahan, agar masyarakat bisa terhindar dari penyakit kanker, termasuk kanker serviks.

“Ini adalah suatu terobosan baru, HPV-DNA dengan self screening yang kini sudah bisa dilakukan. Selain itu, diharapkan masyarakat khususnya perempuan, bisa lebih memahami tentang kanker serviks agar dapat mencegahnya," tuturnya.

Direktur Utama RS Kanker Dharmais, dr. R. Soeko Werdi Nindito D., MARS, menjelaskan bahwa penyebab utama kanker serviks adalah Human Papillomavirus (HPV). Virus ini bisa berkembang menjadi kanker dalam waktu 10–15 tahun, tanpa menimbulkan gejala pada penderitanya. Namun, berkat kemajuan ilmu pengetahuan, kanker serviks kini bisa dicegah dan dideteksi sejak dini. 

“Di balik peran pentingnya, perempuan masih menghadapi berbagai masalah kesehatan, terutama kanker payudara dan kanker serviks. Sayangnya, banyak pasien kanker serviks datang ke rumah sakit sudah dalam kondisi terlambat atau stadium lanjut. Bahkan sekarang, kanker ini mulai menyerang perempuan di usia muda,” katanya.

Dengan memahami teknologi dan cara yang benar dalam melakukan skrining HPV-DNA, proses untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi virus HPV atau tidak menjadi lebih mudah. Ini penting karena memungkinkan deteksi dini terhadap infeksi HPV yang bisa berkembang menjadi kanker serviks, sehingga penanganan medis bisa dilakukan lebih cepat dan efektif.

“Ini teknologi yang canggih, dilakukan dengan cara swab (mengusap) di area mulut rahim, lalu memeriksa DNA-nya secara langsung. Jika terdeteksi ada virus, bisa segera ditangani sebelum berkembang menjadi kanker. Jika sudah terkena kanker serviks stadium 4, pengobatannya akan jauh lebih sulit dan membutuhkan biaya yang besar,” tegasnya.

Menurut dr. Soeko, saat ini kegiatan skrining kanker serviks mendapat dukungan dari Becton Dickinson (BD) Indonesia, perusahaan yang memproduksi alat pemeriksaan HPV-DNA. Dukungan ini semakin kuat dengan adanya komitmen dari pemerintah. Kegiatan skrining juga tidak hanya dilakukan di satu lokasi, tetapi juga diperluas ke berbagai wilayah di Indonesia, termasuk Papua. Tujuannya adalah untuk mewujudkan perempuan Indonesia bebas dari kanker serviks. 

 “Saya ucapkan terima kasih kepada PT. BD yang telah mendukung kegiatan ini. Semoga selalu sukses dan bisa terus memberikan kontribusi, tidak hanya untuk Dharmais, tetapi juga untuk rumah sakit dan puskesmas di seluruh Indonesia,” tambah dr. Soeko.

Hari Nurcahyo, Country Business Leader BD Indonesia menyampaikan dengan meningkatkan akses terhadap solusi skrining yang inovatif dan meningkatkan kesadaran akan pengambilan sampel mandiri untuk uji penapisan HPV-DNA, pihaknya ingin memberdayakan lebih banyak perempuan agar dapat mengambil langkah proaktif dalam menjaga kesehatan.

BD Indonesia menyediakan metode pengambilan sampel mandiri HPV-DNA untuk uji penapisan dengan teknologi genotipe yang diperluas (extended genotyping) dan teknologi otomatis, termasuk otomatisasi instrumen pra-analitik penuh sehingga membuat deteksi dini kanker serviks lebih mudah diakses dan memungkinkan perempuan melakukan skrining dengan cara yang lebih nyaman. 

Metode pengambilan sampel secara mandiri ini juga telah diadopsi di negara-negara seperti Belanda, Denmark, dan Swedia, dan telah membantu negara-negara tersebut mencapai target skrining World Health Organization (WHO).

“Melalui inovasi dan kolaborasi, kita dapat mewujudkan masa depan yang bebas dari kanker serviks bagi perempuan Indonesia,” ujarnya.

Bersama dengan Kementerian Kesehatan, RSK Dharmais dan BD Indonesia telah menargetkan untuk melakukan skrining terhadap 8.000 perempuan di seluruh Indonesia. Hal ini untuk mendukung inisiatif Indonesia dalam meningkatkan jumlah skrining dan mengeliminasi kanker serviks pada tahun 2030.

Share:

Tags: RSK Dharmais dan BD Indonesia Perluas Akses Skrining Kanker Serviks de

Leave a Comment