Puncak peringatan HUT ke-31 Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSK Dharmais) yang mengusung tema “Leading the Nation in Comprehensive Cancer Management” dan bertepatan dengan Bulan Kepedulian Kanker Payudara atau Breast Cancer Awareness Month 2024, dihadiri oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada Rabu, 30 Oktober 2024, di Jakarta. Dalam kesempatan tersebut, Menteri Budi memuji pencapaian RSK Dharmais dalam dua tahun terakhir, termasuk tercapainya National Cancer Plan yang menjadi strategi nasional setelah menunggu puluhan tahun.
“Saya ucapkan selamat ulang tahun yang ke-31, RSK Dharmais ini dalam 2 tahun terakhir sebenarnya sudah sangat banyak menghasilkan sesuatu yang terkadang saya lupa puji,” katanya.
Selain itu, Menkes Budi mengapresiasi bahwa program pengampuan kanker di RSK Dharmais sudah berjalan dengan baik, dimulai dengan deteksi dini di tingkat Puskesmas. Ia menekankan bahwa strategi terbaik dalam menangani kanker adalah dengan melakukan deteksi dini, yang dapat mengurangi biaya dan meningkatkan kualitas hidup. Budi juga menyebutkan bahwa rencana tersebut telah ada, dan beberapa di antaranya sudah diimplementasikan, tinggal meningkatkan prosesnya.
“Jadi udah, strategi penanganan kanker itu satu saja, yaitu deteksi dini kanker,” jelasnya.
Banyak perempuan di Indonesia takut melakukan pemeriksaan atau deteksi dini kanker karena khawatir terdiagnosis menderita kanker payudara. Padahal, kanker payudara adalah salah satu kanker yang paling sering terjadi di Indonesia. Akibatnya, banyak perempuan baru mengetahui mereka mengidap kanker payudara saat sudah berada di stadium lanjut sehingga membuat pengobatan menjadi lebih sulit dan mahal, serta meningkatkan risiko kematian.
Untuk itu, Menkes Budi meminta agar RSK Dharmais dapat membangun Patient Journey yang bertujuan mendorong masyarakat untuk melakukan deteksi dini kanker. Ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai alat deteksi dini yang telah disediakan oleh pemerintah melalui Kementerian Kesehatan, termasuk mammografi untuk mendeteksi dini kanker payudara yang telah dibagikan ke rumah sakit tingkat kabupaten/kota di 514 kabupaten/kota.
“RSK Dharmais diharapkan dapat membuat Patient Journey dengan mengedukasi tentang pentingnya deteksi dini kanker. Dimulai dari wanita-wanita Indonesia, khususnya untuk usia diatas 40 tahun dapat melakukan pemeriksaan mammografi yang sudah ada layanannya,” ujar Menkes.
Lebih lanjut, Menkes Budi memuji RSK Dharmais yang pertama kali membawa program telementoring Extension for Community Health Outcomes (ECHO). Program ini adalah telementoring berbasis web yang memanfaatkan teknologi untuk menciptakan lingkungan pembelajaran interaktif, di mana kasus pasien dari rumah sakit perifer dibahas bersama para pakar untuk mendapatkan best practice.
RSK Dharmais juga berhasil menjadi salah satu pusat penyelenggara pendidikan spesialis berbasis rumah sakit (hospital-based) untuk radio onkologi, yaitu program studi spesialis onkologi radiasi, yang merupakan bidang ilmu yang sulit untuk dipelajari.
“Yang terakhir adanya gedung baru (Tower C) yang sudah dibangun dan akan memiliki fasilitas dan alat kesehatan yang canggih serta modern,” tambahnya.
Meskipun telah mencapai banyak kemajuan, Menkes Budi mengingatkan agar RSK Dharmais terus berinovasi demi kemajuan layanan kanker di Indonesia.
Direktur Utama RSK Dharmais, dr. R. Soeko Werdi Nindito D., MARS mengungkapkan bahwa dalam satu tahun dari 31 tahun keberadaan RSK Dharmais, banyak program telah dilaksanakan untuk membangunan layanan kanker dan kesehatan Indonesia, termasuk program ECHO, Navigasi Pasien Kanker (NAPAK), perawat onkologi, pengampuan, registrasi kanker, hingga pelayanan kanker untuk ibu dan anak melalui pembangunan Tower C.
“Salah satu kegiatan yang telah dilakukan adalah kegiatan ilmiah, melalui webinar, pelatihan-pelatihan dan sebagainya. Tapi paling seru itu lewat program ECHO, datanya sudah 17.000 orang melakukan transfer knowledge di bidang kanker yang bisa menjadi bibit untuk dikembangkan kedepannya,” ungkapnya.
RSK Dharmais, menurut dr. Soeko telah memperbaiki Patient Journey dengan menciptakan program Navigasi Pasien Kanker (NAPAK) yang merupakan bantuan individual yang ditawarkan kepada pasien, keluarga, dan pengasuh ketika mengatasi hambatan pada sistem perawatan kesehatan. Selanjutnya, program perawat onkologi yang berkolaborasi dengan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM bertujuan mencetak perawat onkologi untuk jenjang S2 dan bahkan S3. Dengan demikian, perawat onkologi dapat membantu dokter dalam memberikan pelayanan yang lebih baik untuk pasien.
“Selain itu, ada program pengampuan layanan kanker yang harus komprehensif dalam talaksana kanker, tidak hanya diagnosis tetapi promotif preventif, deteksi dini, skrining, pendidikan pelatihan, cancer registry (yang masuk dalam program RSK Dharmais), rehabilitasi dan paliatif,” jelas dr. Soeko.
RSK Dharmais juga telah menjalin berbagai kerjasama dan kolaborasi internasional untuk menjadikannya sebagai Pusat Kanker Nasional yang sejajar dengan standar dunia, seperti dengan WHO, ImPACT, dan ANCCA (Asian National Cancer Centers Alliance).
Soeko berharap, di Hari Ulang Tahun RSK Dharmais yang ke-31, rumah sakit ini akan terus bekerja keras dalam memenuhi target-target yang ditetapkan demi memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, khususnya dalam bidang kanker.
Berita ini disiarkan oleh Tim Kerja Hukum dan Hubungan Masyarakat, Pusat Kanker Nasional, Rumah Sakit Kanker Dharmais
Leave a Comment