Bogor, 14 September 2024
Dalam upaya mendukung tersusunnya dokumen Rencana Strategi Bisnis (RSB) yang komprehensif dan mengakomodir arah pengembangan layanan kanker di Indonesia yang setingkat Asia, Pusat Kanker Nasional, Rumah Sakit Kanker Dharmais menyelenggarakan Workshop Finalisasi Panduan Praktik Klinik (PPK) Dan Layanan Unggulan dalam rangka Penyusunan RSB Tahun 2025-2029, pada Jumat dan Sabtu (13-14/9/2024) di Bogor, Jawa Barat.
Direktur Utama RSK Dharmais, dr. R. Soeko Werdi Nindito D., MARS, menjelaskan bahwa menyusun Panduan Praktik Klinik (PPK) sangat penting karena PPK akan membantu rumah sakit dalam merencanakan dan mengelola berbagai aspek pelayanan kesehatan. Dengan PPK, rumah sakit bisa lebih mudah menghitung kebutuhan obat, bahan medis habis pakai (BMHP), dan waktu perawatan, sehingga bisa lebih efisien dalam operasionalnya.
"Kita disini mendiskusikan sesuatu hal yang sangat penting yang dibuat Rumah Sakit Kanker (RSK) Dharmais, yaitu menyusun Panduan Praktik Klinik atau PPK untuk RSB RSK Dharmais Tahun 2025-2029. PPK ini juga supaya rumah sakit bisa melakukan efisiensi" jelasnya.
Sementara, untuk mendukung program penanggulangan kanker, RSB 2025-2029 perlu meningkatkan beberapa aspek dalam layanan unggulan precision treatment. Aspek-aspek tersebut meliputi promotif dan preventif, deteksi dini dan skrining, diagnosis dan terapi, terapi suportif dan rehabilitatif, paliatif, registrasi kanker dan surveilans, pendidikan dan penelitian, serta sumber daya manusia (SDM), hingga perawatan dari aspek peralatan medik dan obat.
"Jadi urutan dalam menyusun RSB ini, yaitu promotif preventif, deteksi dini, diagnosis dan tatalaksana, surveilans data. Kemudian pendidikan penilitian, rehabilitasi, sampai dengan paliatif," ungkap Dirut, dr. Soeko.
Sedangkan untuk meningkatkan manfaat medis dan efisiensi, dapat juga mengoptimalkan penggunaan alat canggih seperti robotic surgery, laparoscopy, OT Hybrid, Ablation Center, dan Cryosurgery. Selain itu, memanfaatkan Artificial Intelligence (AI) dalam radiologi dan patologi.
"Seharusnya Artificial Intelligence (AI) ini bisa memudahkan dan mempercepat tugas-tugas kita di rumah sakit, meski decision maker di dalam penentuan diagnosis tetap ada pada Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) dan bukan pada AI," tuturnya.
Arah strategi dalam penyusunan Rencana Strategi Bisnis (RSB) RSK Dharmais Tahun 2025-2029 adalah menjadikan rumah sakit sebagai Pusat Kanker Nasional bertaraf Asia dengan unggulan Precision Cancer Treatment dengan fokus strategi utama melalui 3 dari 21 inisiatif stretegi 2025-2029, yaitu penerapan standar klinis menggunakan PPK dan clinical pathway khususnya precision treatment. Selain itu, mengembangkan pelayanan unggulan berdasarkan hasil riset dan mengembangkan layanan klinis.
Menurut dr. Soeko, perjalanan RSB Rumah Sakit Kanker Dharmais yang dibuat sejak 15 tahun lalu terasa sangat mengesankan. Setiap lima tahun, rumah sakit ini berhasil mencapai target-target yang diharapkan. Pada fase ketiga ini, tujuannya adalah menjadikan Rumah Sakit Kanker Dharmais sebagai Pusat Kanker Nasional yang bertaraf Asia.
"Ini sudah masuk ke fase ketiga yang bertujuan agar Rumah Sakit Kanker Dharmais bisa bersanding atau setara dengan tingkat Asia. Dan upaya-upaya yang sudah dilakukan di fase kedua akan membuka peluang untuk bisa mencapai RSB di fase ketiga ini," tambahnya.
RSK Dharmais memiliki rencana jangka panjang, yakni Rencana Strategi Bisnis (RSB) selama 25 tahun yang terbagi dalam 5 fase dari 2015 hingga 2039, masing-masing fase akan berlangsung selama 5 tahun. Untuk RSB periode 2025-2029, fokusnya adalah menjadikan RSK Dharmais sebagai Pusat Kanker Nasional bertaraf Asia dengan keunggulan Precision Cancer Treatment yang tumbuh berkelanjutan.
Direktur Perencanaan dan Pengembangan Strategi Layanan, Anjari, S.Kom, SH, MARS dalam laporannya mengatakan bahwa sebelum menyelenggarakan Workshop Finalisasi Panduan Praktik Klinik (PPK) dan Layanan Unggulan untuk RSB Tahun 2025-2029, telah dilakukan beberapa pertemuan lanjutan, termasuk Kick Off RSB RSK Dharmais, Desk Per Direktorat, dan Desk Tim Kerja.
"Hari ini kita melakukan pertemuan dengan mengundang para ahli, dokter-dokter yang tergabung dalam Timja RSK Dharmais, juga kepala komite khususnya komite medik dan komite-komite lainnya serta kepala instalasi dan unit untuk mendiskusikan tentang Panduan Praktik Klinik (PPK) sebagai bagian dari penyusunan RSB," kata Anjari.
Anjari juga menambahkan bahwa setelah peresmian Gedung Pelayanan Kanker Ibu dan Anak, yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo bersama Menteri Kesehatan Budi G Sadikin pada 30 Agustus lalu, RSK Dharmais tentu harus menyusun dan meninjau kembali Rencana Strategi Bisnis 2025-2029 untuk menyesuaikan dengan layanan kanker baru tersebut.
Pada workshop ini, beberapa narasumber memberikan paparan yang berhubungan dengan Finalisasi Panduan Praktik Klinik (PPK) dan Layanan Unggulan untuk RSB. Paparan diawali oleh Direktur Tata Kelola Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, dr. Sunanto, M.Kes, mengenai Arah Kebijakan Kemenkes dalam Penyusunan RSB 2025-2029. Kemudian, Direktur Medik dan Keperawatan RSK Dharmais, dr. Reni Wigati, Sp.A(K) yang membahas Pengantar Arah Pelayanan Precision Medicine di RSK Dharmais. Selanjutnya, Ketua Komite Medik RSK Dharmais, dr. Kardinah, Sp.Rad, Subsp.PRP(K) menjelaskan mengenai Implementasi PPK, dan pembahasan Implementasi Clinical Pathway yang disampaikan oleh Manager Pelayanan Medik RSK Dharmais, dr. Fitriany Dwiandari Putri, MPH.
Selain workshop, kegiatan ini juga mencakup Forum Group Diskusi (FGD) yang terbagi menjadi 5 kelompok. Setelah itu, dilanjutkan dengan diskusi panel yang membahas hasil FGD dari setiap kelompok dengan melibatkan seluruh Timja Kanker di RSK Dharmais.
"Kami mengharapkan dalam format FGD di pertemuan hari ini serta adanya paparan dari beberapa narasumber tersebut, sebagai bentuk pengayaan untuk penyusunan PPK sehingga bisa menghasilkan output sesuai yang diharapkan untuk RSK Dharmais," tutupnya.
Berita ini disiarkan oleh Tim Kerja Hukum dan Hubungan Masyarakat, Pusat Kanker Nasional, Rumah Sakit Kanker Dharmais
Leave a Comment