Dalam upaya meningkatkan pelayanan kanker melalui perencanaan dan pengadaan obat kanker di rumah sakit dengan mekanisme jalur khusus, seperti obat kanker yang tidak/belum memiliki izin edar, Pusat Kanker Nasional, Rumah Sakit Kanker (RSK) Dharmais berkolaborasi dengan Clinton Health Access Initiative (CHAI) Indonesia menyelenggarakan Workshop “Perencanaan Kebutuhan Obat Kanker Spesial Access Scheme (SAS)“, Rabu (22/5) di Auditorium RSK Dharmais, Jakarta.
Direktur SDM, Pendidikan dan Penelitian, drg, Inda Torisia Hatang, MKM mengatakan sebagai pusat rujukan obat kanker nasional, RSK Dharmais mempunyai tanggung jawab atas ketersedian obat kanker di Indonesia yang bertujuan untuk mendukung komitmen Kementerian Kesehatan dalam memperkuat program prioritas Transformasi Layanan Rujukan, khususnya untuk pelayanan Kanker, Jantung, Stroke, dan Uronefrologi (KJSU).
“Untuk itu, kita memang tidak bisa juga hanya merencanakan tenaga kesehatan dan sarana fasilitasnya saja, tetapi untuk obatnya pun harus kita rencanakan dengan baik”, kata Inda
Workshop ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi apoteker dalam membuat perencanaan terhadap pengadaan obat kanker SAS dalam waktu yang panjang sehingga menjadi solusi untuk mengatasi ketidakpastian yang terjadi atas obat tersebut sehingga diharapkan akan dapat membantu rumah sakit dalam menjaga ketersediaan obat kanker SAS.
Kegiatan Workshop SAS, kata Inda, juga dilakukan tidak hanya cukup untuk meningkatkan pengetahuan tentang perencanaan obat kanker SAS dengan mekanisme jalur khusus saja, melainkan sebagai wadah untuk berdiskusi dalam memberikan masukan terkait proses perencanaan obat kanker tersebut agar bisa menjadi lebih baik, sehingga tidak ada lagi kondisi yang kekurangan atau kelebihan obat.
“Jadi bisa memberikan masukan tentang apa yang sudah dilakukan oleh peserta berdasarkan wilayahnya. Saat ini tentu dari semua daerah pasti punya karakternya sendiri atau masing-masing, maka ini yang perlu kita diskusikan untuk kedepannya”, tambahnya.
Inda berharap kegiatan Workshop Perencanaan Kebutuhan Obat Kanker Spesial Access Scheme (SAS) tidak dilakukan hanya 1 kali pertemuan, tetapi dapat kembali melakukan pertemuan selanjutnya atau dilakukan secara berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan ilmu bagi para peserta.
Associate Program Director, Clinton Health Access Initiative (CHAI) Indonesia, Dr. Tetrawindu Hidayatullah menyampaikan bahwa pihaknya sangat senang bisa ikut berkontribusi dalam workshop ini karena memilki tujuan yang sama dengan Kementerian Kesehatan, yakni meningkatkan akses ketersediaan stok obat kanker di Indonesia.
“Telah kita ketahui bahwa kanker merupakan suatu penyakit yang cukup Kompleks dimana pengobatan yang paripurna membutuhkan ketersediaan obat tersebut”, ujar Dr. Tetra.
Sementara itu, Prof. Apt. Auliya A Suwantika, Ph.D dari Fakultas Farmasi UNPAD menjadi narasumber dalam Workshop dengan pembahasan mengenai Perencanaan Obat Dengan Metode Forecasting Morbidity dan Perencanaan Obat Dengan Metode Proxy Consumption yang didampingi dengan instruktur apoteker Instalasi Farmasi.
Diketahui juga peserta yang mengikuti Workshop SAS berasal dari rumah sakit jejaring yang diantaranya dari RS Vertikal Kementerian Kesehatan, RSUD, RS pengusul SAS yang totalnya berjumlah 71 peserta.
Berita ini disiarkan oleh Tim Kerja Hukum dan Hubungan Masyarakat, Pusat Kanker Nasional, Rumah Sakit Kanker Dharmais.
Leave a Comment