Karsinoma Nasofaring (KNF) merupakan keganasan yang jarang terjadi pada sebagian besar wilayah di dunia, tetapi menjadi endemic di beberapa populasi. Pada tahun 2002, terjadi 80.000 kasus KNF yang didiagnosis di seluruh dunia dengan perkiraan jumlah kematian melebihi 50.000 penduduk. Hal ini menjadikan KNF sebagai urutan ke-23 dalam kasus keganasan baru yang paling umum di dunia. Lima Negara dengan insidens KNF tertinggi dan kasus kematian terbanyak di dunia adalah Cina, Indonesia, Vietnam, India, dan Malaysia.

Usia dan Jenis Kelamin

Keterkaitan usia dengan angka terjadinya tumor ganas nasofaring dapat dilihat pada studi Commun et al. Studi tersebut melaporkan peningkatan angka kejadian pada usia muda, yaitu usia 10-19 tahun, di samping puncak risiko utama pada usia 50-59 tahun di Tunisia, yang merupakan area risiko menengah untuk KNF. Frekuensi yang relatif tinggi di antara penduduk muda tampaknya menjadi ciri khas di daerah lainnya dengan tingkat kejadian menengah, contohnya Uganda, Kenya, Sudan dan Tunisia.

Gejala dan Tanda

Gejala karsinoma nasofaring dapat dibagi dalam 4 kelompok, yaitu gejala nasofaring sendiri, gejala telinga, gejala mata dan saraf, serta metastasis atau gejala di leher. Gejala nasofaring dapat berupa epistaksis ringan atau sumbatan hidung, untuk itu nasofaring harus diperiksa dengan cermat, kalau perlu dengan nasofaringoskop, karena sering gejala belum ada sedangkan tumor sudah tumbuh atau tumor tidak tampak karena masih terdapat di bawah mukosa (creeping tumor).

Gangguan pada telinga merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor dekat muara tuba Eustachius (fosa rosenmuller). Gangguan dapat berupa tinnitus, rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri di telinga (otalgia). Tidak jarang pasien dengan gangguan pendengaran ini baru kemudian disadari bahwa penyebabnya adalah karsinoma nasofaring.

Karena nasofaring berhubungan dekat dengan rongga tengkorak melalui beberapa lobang, maka gangguan beberapa saraf otak dapat terjadi sebagai gejala lanjut karsinoma ini. Penjalaran melalui foramen laserum akan mengenai saraf otak ke III, IV, VI dan dapat pula ke V, sehingga tidak jarang gejala diplopiah yang membawa pasien lebih dahulu ke dokter mata. Neuralgia trigeminal merupakan gejala yang sering ditemukan oleh ahli saraf jika belum terdapat keluhan lain yang berarti.

Proses karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf otak ke IX, X, XI, dan XII jika penjalaran melalui foramen jugulare, yaitu suatu tempat yang relative jauh dari nasofaring. Gangguan ini sering disebut dengan sindrom Jackson. Bila sudah mengenai seluruh saraf otak disebut sindrom unilateral. Dapat pula disertai dengan destruksi tulang tengkorak dan bila sudah terjadi demikian, biasanya prognosisnya buruk.

Pemeriksaan Nasofaring

Pemeriksaan nasofaring yang dikerjakan dengan teliti merupakan prosedur yang sangat penting. Pemeriksaan nasofaring dapat dilakukan dengan berbagai cara, berikut:

  1. Nasofaring Tidak Langsung (Rinoskopi Posterior)

Dilakukan pemeriksaan nasofaring dengan cara tidak langsung (indirek), yaitu menggunakan bantuan kaca laring yang kecil (ukuran 2 atau 3)

  1. Nasofaringoskopi Langsung

Dilakukan pemeriksaan nasofaring secara langsung (direk), yaitu menggunakan alat endoskopi/nasofaringoskopi kaku. Alat ini memiliki berbagai sudut pencahayaan, yang biasanya dihubungkan dengan sumber cahaya dan monitor TV. Penggunaan alat ini dapat melalui hidung (trans-nasal) atau mulut (trans-oral).

  1. Biopsi Nasofaring

Diagnosis pasti KNF ditegakakan berdasarkan hasil pemeriksaan jaringan tumor di nasofaring (ditemukan sel-sel ganas) yang diperoleh dari jaringan hasil biopsi. Pasien yang menunjukkan hasil pemeriksaan serologi yang positif tetapi dengan hasil biopsi yang negatif tetap tidak dapat dianggap menderita KNF dan tidak dibenarkan melalukan radiasi terhadapnya. Pasien demikian harus diobservasi secara ketat. Dikenal beberapa macam cara pengambiln bahan untuk pemeriksaan histologi dan sitologi, yaitu biopsi, cucian, isapan, dan sikatan (“brush).

Share:

Tags: Kanker Nasofaring

Leave a Comment