Bagaimana Perawatan Paliatif untuk Pasien Anak dengan Kanker?
-----------------------------------------------------------------------------------------
Masih sedikit anak dengan penyakit serius yang mendapatkan perawatan paliatif. Ketika mendengar istilah paliatif banyak yang berpikiran bahwa ini adalah perawatan untuk mereka yang sudah tidak bisa disembuhkan atau pertanda sudah menyerah pada pengobatan.
Padahal perawatan paliatif sangat penting dilakukan bersamaan dengan pengobatan kuratif bagi semua pasien dengan penyakit serius yang mengancam jiwa.
Apa itu perawatan paliatif?
Palliative care atau perawatan paliatif adalah perawatan pendukung khusus yang diberikan bagi pasien dengan penyakit-penyakit mengancam jiwa (katastropik), termasuk penyakit kanker pada anak.
Di Indonesia, perawatan paliatif masih sering disalahartikan sebagai pilihan terakhir bagi pasien. Banyak yang menganggap perawat paliatif hanya untuk pasien yang telah menyerah dalam melakukan perawatan kuratif atau pengobatan untuk penyembuhan.
“Padahal perawatan paliatif itu sudah dimulai sejak awal diagnosa ditegakkan,” jelas dr Reni Wigati, Sp. A (K), konsultan emergensi dan rawat intensif anak di Rumah Sakit Kanker Dharmais, dalam acara webinar Vigor Voice for Palliative Care, Minggu (23/8).
Dokter Reni menjelaskan, setelah diagnosa ditegakkan pasien anak pengidap kanker akan mendapatkan dua perawatan. Dari sisi kuratif (penyembuhan) ia mendapatkan pengobatan sesuai kebutuhannya seperti operasi, kemoterapi, atau radioterapi.
Sedangkan dari asuhan paliatif akan mendukung kondisi psikologis, spiritual, dan nyeri yang disebabkan oleh penyakitnya atau dari efek samping pengobatan.
Pasien kanker itu sering kali merasakan nyeri level tinggi yang membuatnya tidak nyaman, sulit tidur, dan kehilangan nafsu makan. Pada kanker jenis tertentu, pasien kanker seringkali memiliki luka yang bisa terbuka, bau, atau berdarah. Menurut dokter Reni, penanganan luka dan pemberian obat anti-nyeri yang tepat sesuai dengan level nyerinya itu bisa membuat pasien lebih nyaman dalam menjalani kesehariannya.
Dukungan psikologis dari asuhan paliatif juga diberikan pada pasien dan keluarga pasien untuk mengurangi kecemasan. Misalnya dalam kasus kanker pada anak, orang tua atau wali juga butuh diberikan pendampingan konseling untuk bisa menerima keadaan anaknya. Hal ini dikarenakan penyakit katastropik membutuhkan waktu dan ketekunan dalam menjalani pengobatan dan dukungan keluarga sangat penting.
Rumah sakit juga akan menghubungkan keluarga ke layanan berbasis komunitas. Bergabung dengan komunitas dapat membantu pasien dan orang tua dalam menjalani masa pengobatan dan berbagi pengalaman dari sesama.
Perawatan paliatif mendampingi pasien menjalani perjuangan pengobatan
Perawatan paliatif yang didapatkan dari awal masa pengobatan bisa menghasilkan pengobatan yang lebih baik.
Porsi asuhan paliatif yang didapatkan anak dengan kanker itu bervariasi tergantung situasi atau tingkat keparahan pasien. Pada pasien dengan kanker stadium awal pemberian kuratif akan lebih banyak daripada perawatan paliatif. Asuhan paliatif yang diberikan untuk mendukung semangat pengobatan dan penyeimbang kualitas hidupnya.
Menurut dokter Reni, di Indonesia banyak pasien kanker yang datang itu sudah berada pada stadium lanjut. Data tahun 2006-2010, di Rumah Sakit Kanker Dharmais lebih dari 30% pasien kanker anak yang datang itu sudah memasuki stadium 4.
Ketika sudah memasuki stadium 4, seringkali kankernya sudah menyebar ke bagian tubuh yang lain. Pada tahap ini tingkat rasa nyerinya lebih besar dari pada stadium awal dan pengobatan yang diterima lebih berat, jadi porsi perawatan paliatif yang diterima juga kemungkinan akan lebih banyak.
Ada juga penyakit yang sudah memasuki fase stadium terminal, yakni ketika pengobatan medis sudah tidak bisa menyembuhkannya.
“Pada fase ini sudah hanya bisa membuat pasien itu merasa nyaman dengan penyakitnya, yang penting dia tidak merasakan rasa sakit. Kalau sesak, sesaknya dikurangi,” kata dokter Reni.
Pada dasarnya perawatan paliatif adalah untuk peduli terhadap kenyaman dan meningkatkan kualitas hidup pasien tanpa mengabaikan kemungkinan untuk disembuhkan.
Leave a Comment