1. Kebijakan WHO dan Pemerintah Indonesia
WHO
 Penurunan infeksi baru HIV pada tahun 2020
 Tahun 2030 Infeksi HIV tidak lagi menjadi masalah kesehatan yang serius
 Penanggulangan Hepatitis virus akan disatukan kegiatannya dengan HIV.
Pemerintah Indonesia
 Memperbanyak tes HIV
 Pengobatan segera
 Pemantauan

 2. HIV/AIDS
    AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)  Disebabkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus)
Penularan HIV melalui 
• Hubungan seksual
• Jarum suntik
• Ibu hamil positif HIV ke bayinya
• Transfusi darah

3.Perjalanan Penyakit HIV :
 Masa Jendela
- tidak ada gejala, anti HIV negatif
- +3 bulan setelah tertular HIV
 Masa tanpa gejala
- tidak ada gejala, anti HIV positif
- 5 – 7 tahun setelah tertular HIV
 Masa dengan gejala
- gejala AIDS
- meninggal dalam 6 bulan - 2 tahun,
bila tidak diobati

 

4. Gejala – gejala :
 berat badan menurun drastis 1 bulan
 diare terus menerus > 1 bulan
 demam berkepanjangan > 1 bulan
 penurunan kesadaran, kejang-kejang
 batuk menetap>1 bulan
 terkena penyakit kulit yang luas
 jamur di lidah

5. Test HIV dengan cara:
 Rapid Test
 Elisa HIV
 Western Blot
 CD4
Viral Load
Bagaimana mengetahui seseorang terinfeksi HIV ?
 Melalui tes laboratorium
 Gejala tidak menentukan

6. Pelayanan HIV/AIDS di Rumah Sakit Kanker Dharmais
    Rawat Jalan dan Rawat Inap
 Rekam Medis
 Laboratorium
 Radiodiagnostik
 Farmasi
 Emergency
 Hospice
 Home care
 Pelayanan Dokter Spesialis Alergi Imunologi, Konselor, Pulmonologi, Dermatologi, Neurologi, Gizi Klinik, Psikiatri, Hemato Onkologi, Hepatologi,dll

7. Infeksi Oportunistik
Infeksi yang timbul saat daya tahan tubuh turun yang didapat dari luar tumuh maupun dari dalam tubuh.
Infeksi Oportunistik dan Terapinya:
Infeksi Terapi
Kandidiasis esofagus Flukonazole
Tuberkulosis Rifampicin, INH, Etambutol
Pirazinamid, Streptomycin
Toksoplasmosis Primetamin, Clindamycin
Asam Folat
Cytomegalovirus Gancyclovir
Herpes simpleks Acyclovir
Herpes zoster Acyclovir
PCP Cotrimoksazole

 

8. Pengobatan Dasar :
 Gizi yang sesuai
 Obat simtomatik
 Vitamin
 Olah raga
 Dukungan Psikososial

 

9.Diagnosis dan Pengobatan TBC Pada HIV:
 Diagnosis lebih sulit karena gejala maupun pemeriksaan BTA, radiologi berbeda dengan penderita yg imun kompeten
 TBC luar paru lebih sering terjadi
 Pengobatan OAT di mulai terlebih dahulu dari ARV kecuali CD4 amat rendah
 Interaksi obat rifampisin dan nevirapin, PI

 Apa hubungan Hepatitis C dan HIV?
 Pada pengguna narkoba suntikan biasanya hasil tes HIV positif dan juga Hepatitis C positif
 HIV belum dapat disembuhkan tapi sudah dapat dikendalikan
 Hepatitis C sudah ada obat yang dapat menyembuhkan (DAA)

Pengobatan Hepatitis Kronik :
 Hepatitis B kronik: lamivudin, tenofovir dan lain-lain
 Hepatitis C kronik (sofosbuvir + daclatasvir)
Obat-obat tersebut gratis karena program pemerintah
Obat Hepatitis C :
 Disediakan oleh pemerintah secara gratis
 Lama penggunaan 3 s/d 6 bulan
 Hasil terapi tingkat kesembuhan 95%
Prinsip pemberian ARV :
 Indikasi sesuai pedoman WHO
 Pilihan obat & dosis sesuai pedoman WHO
 Atasi dulu infeksi oportunistik terutama TBC, obat ARV dpt ditunda beberapa bulan
 Hati-hati gangguan fungsi hati karena sebagian odha juga ko-infeksi hepatitis C


10. Vaksinasi untuk ODHA :
 Vaksin dengan menggunakan kuman/virus dilemahkan
 CD4  200 ----- keefektifan 
 Vaksin yang biasa diberikan (prioritas) :
 Hepatitis A,B
 Pneumonia
 Influenza
 HPV
 Hepatitis dan HIV
 Hepatitis C sering ditemukan pada HIV di kalangan pengguna narkoba (sekitar 80 %)
 Infeksi baru Hepatitis A atau B akan mempercepat perjalanan Hepatitis C kronik menjadi Sirosis hati
 HIV dan Influenza
Odha mudah tertular influenza dan perjalanan penyakit influenzanya dapat menjadi berat karena kekbalan tubuh yang rendah
 HIV dan Kanker Serviks
 Risiko kanker serviks pada infeksi HPV meningkat pada Odha (80%)
 PAP smear tetap perlu dilakukan secara teratur
 Pencegahan Alergi
 Anamnesis riwayat penggunaan obat yang menimbulkan alergi
 Surat keterangan dokter mengenai obat yang menimbulkan alergi
 Gunakan obat atas indikasi (pengobatan rasional)
 Beri informasi tentang kemungkinan risiko alergi pada obat yang diberikan
 Penatalaksanaan Alergi
 Bila reaksi alergi obat, obat dihentikan sementara
 Dapat dicoba lagi bila reaksi tidak hebat
 Diberikan obat untuk mengatasi alergi: antihistamin, steroid jika perlu
11. Pencegahan penularan dari ibu ke bayi PMTCT:
Selama kehamilan            Saat persalinan             Sesudah melahirkan



Indikasi Operasi pada pasien HIV
 Cito : setuju dilakukan operasi dengan informed consent berapapun CD 4 ( karena mengancam nyawa),
 Atau sudah mendapat ARV sekitar minimal 3 bulan
 Selektif : CD4 harus diatas 200
Indikasi kemoterapi dan radiasi HIV dan kanker :
 Kejadian kanker dan HIV semakin meningkat
 Perempuan lebih banyak dari laki-laki
 Terbanyak Ca mamae, Ca serviks
 Terbanyak pada laki-laki : Limfoma
 CD4 harus diatas 200 dan sudah mendapat ARV
Pencegahan Pasca Paparan
 Sebelum 24 jam
 Menghubungi poli UDT (team HIV)
 Minum ARV sebulan
 Sebelumnya dilakukan cek HIV, Hepatitis B dan C
 Cek ulang HIV, 0,3,6 dan setahun setelah pasca paparan


12. Kesimpulan
 Infeksi oportunistik menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi pada penderita
HIV AIDS
 Sejak diperkenalkannya ARV akan menurunkan morbiditas dan mortalitas pada pasien HIV AID

Materi ini telah disajikan pada Kegiatan Webinar tanggal 2 Oktober 2019
Narasumber : Dr.dr. Haridana Indah Setiawati Mahdi, SpPD KAI, FINASIM, M Biomed
Moderator : dr. Christine Sugiarto,Sp.PK

 

 

Share:

Tags:

Leave a Comment