Penandatanganan MoU dengan LRCB-Dutch Expert Centre for Screening
Kanker payudara merupakan kanker dengan peringkat pertama di Indonesia, saat ini telah berjalan program nasional deteksi dini sejak 2008 dengan cakupan periksa payudara klinis (SADANIS) masih rendah yaitu 4% (data dari Litbangkes). Oleh karena itu diperlukan penguatan dimulai dari fasilitas kesehatan pertama dan rumah sakit rujukan untuk menurunkan keterlambatan dalam rujukan, diagnosis awal serta tatalaksana kanker payudara.
Dalam hal penurunan stadium kanker payudara (down stage) maka rangkaian sistem layanan tersebut harus berjalan dengan baik dan mengacu pada standar profesi yang ditetapkan. Sedangkan dalam hal skrining (perempuan asimptomatik) saat ini di Indonesia telah ada 243 unit mamografi (data Kementrian Kesehatan) yang dapat mendukung penurunan stadium kanker payudara lebih dini lagi. Peran mitra bestari Kemenkes, Komite Penanggulangan Kanker Nasional, Pusat Kanker Nasional, RS.Rujukan Nasional, Dinas Kesehatan serta profesi sangat penting untuk diperkuat dengan pendampingan dari mitra bestari internasional.
Belanda merupakan negara yang melaksanakan skrining kanker secara nasional dan skrining mamografi telah dimulai sejak lebih dari 30 tahun yang lalu. Dengan pengalaman pengelolaan skrining tersebut banyak hal yang dapat dipelajari untuk memperkuat sistem layanan kesehatan di Indonesia.
Kerjasama Kementrian Kesehatan Indonesia dan Belanda telah diresmikan sejak tahun 2018, dan sebagai tindak lanjut kerjasama tersebut Diaspora Belanda memprakarsai program kesehatan khususnya skrining kanker.
Untuk hal tersebut maka dilaksanakan penandatanganan Nota Kesepahaman antara PKN-RS. Kanker “Dharmais” dengan LRCB-Dutch Expert Centre for Screening pada Selasa, 22 Oktober 2019 bertempat di Ruang Rapat 702 RS. Kanker “Dharmais”. Diharapkan kedepannya berbagai program kegiatan antara RSKD dan LRCB dapat berjalan lancar serta bermanfaat bagi kedua belah pihak.
Leave a Comment