Kementerian Kesehatan RI menyelenggarakan Orientasi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) yang diselenggarakan di Rumah Sakit Pendidikan Penyelenggara Utama (RSPPU) pada Senin, 8 September 2025 di Jakarta. Orientasi pusat ini merupakan bagian dari pelaksanaan PPDS Batch 2 yang tersebar di enam RSPPU dengan jumlah 58 peserta dari berbagai daerah yang selama ini mengalami kelangkaan tenaga spesialis. Seluruh peserta angkatan ini dipastikan akan kembali bertugas di daerah asal masing-masing setelah menyelesaikan pendidikan.
Dilansir dari kemkes.go.id, para peserta didik berasal dari berbagai program studi, antara lain Ilmu Kesehatan Anak, Neurologi, Jantung dan Pembuluh Darah, Orthopaedi dan Traumatologi, Ilmu Kesehatan Mata, serta Onkologi Radiasi. Mereka akan menjalani pendidikan di enam Rumah Sakit Pendidikan Penyelenggara Utama (RSPPU), yaitu RSAB Harapan Kita, RS PON, RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, RS Ortopaedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta, RS Mata Cicendo, dan RS Kanker Dharmais.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menjelaskan bahwa salah satu kendala utama dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis selama ini adalah tingginya biaya pendidikan. Kini, program PPDS menerapkan pola baru, di mana peserta didik tidak lagi dipandang sebagai mahasiswa, melainkan tenaga profesional yang bekerja sambil mengikuti pelatihan.
“Spesialis di luar negeri itu tidak ada yang bayar uang kuliah, tapi mereka itu bekerja, bukan kuliah. Mereka dibayar, digaji, bukan harus bayar,” ujarnya.
Konsep baru ini sekaligus diharapkan dapat menekan praktik pungutan liar yang selama ini membebani calon dokter spesialis. Menkes menegaskan pentingnya tata kelola yang bersih serta memastikan reformasi pendidikan dokter spesialis berjalan sesuai standar internasional.
“Saya minta para Dirut rumah sakit merapikan tata kelola untuk menghindari biaya-biaya di luar kebutuhan,” katanya.
Dengan pola baru ini, peserta didik PPDS akan menerima gaji karena memiliki indikator kinerja yang terukur. Selama penugasan di rumah sakit pendidikan, mereka akan dipantau secara ketat, termasuk dalam aspek etika, profesionalisme, dan tanggung jawab klinis.
Ketua Program PPDS RSPPU yang juga menjabat sebagai Dirjen Kesehatan Lanjutan, dr. Azhar Jaya, menegaskan bahwa program ini dirancang untuk menutup kesenjangan distribusi dokter spesialis di Indonesia. Melalui pola rekrutmen berbasis kebutuhan daerah, pemerintah ingin memastikan tidak ada lagi rumah sakit di daerah yang mengalami kekurangan tenaga ahli.
“Yang hadir di sini tidak ada yang berasal dari kota besar, semuanya dari daerah-daerah yang dokter spesialisnya mengalami kelangkaan,” ungkapnya.
Dalam orientasi tahap pertama, peserta diperkenalkan pada peran, tanggung jawab, sistem pembelajaran, serta etika profesi. Selanjutnya, orientasi dilanjutkan di masing-masing rumah sakit untuk memahami pola kerja dan budaya kerja yang berlaku.
“Semua peserta didik akan kembali ke daerahnya masing-masing setelah menyelesaikan pendidikan,” tambah dr. Azhar.
RS Kanker Dharmais sebagai Rumah Sakit Pendidikan Penyelenggara Utama (RSPPU) Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi turut ambil bagian dalam momen penting ini dengan menerima enam peserta didik baru yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka akan menempuh pendidikan spesialis onkologi radiasi di RS Kanker Dharmais, dan setelah lulus akan kembali mengabdi ke daerah masing-masing sesuai penugasan resmi dari Kementerian Kesehatan RI.
Plt. Direktur Utama RSK Dharmais, dr. R. Soeko W. Nindito D mengatakan Program Pendidikan Dokter Spesialis berbasis RSPPU adalah langkah strategis untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan dokter spesialis di Indonesia. Selain itu, dapat mendukung pemerataan layanan kesehatan berkualitas hingga ke pelosok negeri, hingga memperkuat peran rumah sakit selain sebagai pusat layanan juga berfungsi sebagai pusat akademik.
“RS Kanker Dharmais berkomitmen mencetak dokter spesialis onkologi radiasi yang unggul, berintegritas, dan berdedikasi untuk negeri,” tegasnya.
Lebih lanjut, dr. Soeko menekankan bahwa RS Kanker Dharmais tidak hanya berperan sebagai rumah sakit kanker semata, tetapi juga sebagai Pusat Kanker Nasional yang memiliki tanggung jawab melaksanakan program kanker hingga ke daerah, salah satunya melalui penyelenggaraan pendidikan dokter spesialis berbasis RSPPU.
"Kami sangat menyambut baik kehadiran enam peserta didik baru Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Mari kita dukung akselerasi ini demi Indonesia Sehat, Indonesia Kuat," tutup dr. Soeko.
Leave a Comment